Main Jaran adalah salah satu seni budaya samawa di Pulau Sumbawa. Budaya Main Jaran adalah salah satu dari sekian banyaknya Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sumbawa, Main jaran yang artinya karapan kuda atau balapan menggunakan hewan kuda yang ditunggangi oleh satu orang disebut joki.
Main Jaran ini paling banyak diadakan pada bulan Agustus setiap tahunnya karena pada bulan ini bangsa Indonesia termasuk suku samawa pulau sumbawa sebagai bagian wilayah Republik Indonesia merayakan Proklamasi kemerdekaannya. Nah untuk memeriahkan hari kemerdekaan banyak lomba atau festival adat atau budaya digelar termasuk seni budaya Main Jaran ini. Banyak wisatawan mancanegara yang datang untuk menyaksikan pertunjukan Main Jaran ini.
Main Jaran ini dilakukan bagi laki-laki untuk menguji kecepatan kuda yang melambangkan kehebatan si pemilik kuda. Uniknya pacuan kuda ini, kuda ditunggangi seorang joki yang munggangi kuda adalah anak kecil yang menurut kalangan orang luar tidak mungkin seusia itu menjadi tontonan yang menakjupkan. Olahraga tradisional yang melibatkan para joki cilik berusia 10 - 13 tahun itu merupakan salah satu tradisi yang masih bertahan di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tidak heran jika orang sumbawa dari kecil didik dengan keberanian dan hanya takut kepada Allah sang pencipta oleh orang tuanya.
Main Jaran masuk dalam agenda Festival Moyo yang dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun.Hal ini membuat wisatawan lokal maupun manca negara ikut serta dalam menyemarakkan Festival Moyo ini.Saya pernah bertanya kepada salah satu wisatawan asal Perancis, dalam bahasa inggris,”kenapa anda mengunjungi Sumbawa?”,dia menjawab “karena saya ingin menyaksikan Festival Moyo khususnya main jaran”.Ini sesuatu yang membanggakan karena Sumbawa mulai dilirik dunia sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik.Dengan adanya kedatangan wisatawan asing ini dapat menghasilkan devisa daerah.
Jadi main jaran ini adalah budaya yang masih tetap dilestarikan sebab melalui main jaran juga dijadikan ajang silaturrahmi, persahabatan dan sportifitas. Jadi setelah perlombaan tidak ada dendam sama sekali antar para petarung. Jadi betul-betul sportifitas sangat dijunjung tinggi dan memang itulah philosofi budaya main jaran.
Sumber: lovesumbawa
Gambar diambil dari: republika