Selasa, 22 November 2016


Serune adalah alat musik tiup dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Serune termasuk dalam golongan alat musik aerofon yang berlidah. Seperti halnya klarinet, warga setempat menyebut lidah serune ini dengan istilah ela. Bahan pokok dari Serune adalah buluh (jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri dari buluh, sementara serumung ode dan serumung rea dibuat dari daun lontar yang tergulung membentuk kerucut atau cerobong.

Pada lolo terdapat enam bongkang (lubang) di atas, dan satu lubang terletak di bawah. Cara melubanginya menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubangnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo. Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya setengah dari jarak antara dua lubang jalan memanjangkan dan memndekkan serumung. Untuk menyetem suara Serune dalam proses pembuatannya dibutuhkan keahlian khusus, karena untuk menghasilkan suara serune yang bagus harus memiliki ketepatan antara ela anak lolo dan lolo.

Sumber: sumbawakotaku

Sabtu, 12 November 2016

 

Dalam Loka atau Istana Tua bekas kediaman resmi Raja Sumbawa,Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat adalah bekas wilayah kesultanan Sumbawa yang diperintah oleh Sultan Muhamad Kaharuddin III (1931-1958) yang merupakan sultan terakhir dari dinasti Amasa (Mas) Bantan Dewa Dalam Bawa. Mengingat Sumbawa yang pernah menjadi wilayah kerajaan tentu saja sangat banyak memiliki dan meninggalkan warisan benda-benda budaya yang patut dilestarikan.Peninggalan Kesultanan Sumbawa yaitu istana Dalam Loka yang didirikan pada tahun 1885 oleh Sultan Muhamad Jalaluddin III (1883-1931).

Pada tanggal 13 Nopember 1975 dibuat pernyataan bersama antara keluarga Sultan Muhamad Kaharudin III (1931-1958) mengenai kesepakatan penyerahan pemugaran istana tua Dalam Loka kepeda pihak pemerintah (Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI). Hak milik atas istana Dalam Loka dan pekarangan tetap merupakan hak turun temurun dari Sri Sultan M. Kaharuddin III. Mulai sejak saat itulah biaya pemugaran datang dari APBN dan APBD I Prov. NTB, dan menjadi situs areal temuan benda-benda purbakala.Pengertian Dalam Loka sendiri berarti, Dalam = istana, rumah-rumah dalam lingkungan istana, Loka = Dunia, tempat.

Dalam Loka bermakna istana tempat tinggal raja, katakanlah pusat pemerintahan. Pada tahun 1932 didirika istana baru yaitu Gedug Wisma Praja. Pun menjadi kebanggan rakyat Sumbawa, model istana Dalam Loka menjadi prototype bangunan adat mewakili NTB di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.Konsepsi BangunanSebelum Dalam Loka dibangun di atas lokasi yang sama pernah dibangun pula beberapa istana kerajaan pendahulu.

Diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia. Istana-istana ini telah lapuk dimakan usia bahkan diantaranya ada yang terbakar habis di makan api. Sebagai gantinya, dibangunlah sebuah istana kerajaan yang cukup besar ukurannya beratap kembar serta dilengkapi dengan berbagai atribut. Istana yang dibangun terakhir ini bernama Dalam Loka.Arsitektur Dalam Loka sebagai istana memiliki bentuk yang istimewa, tidak sama seperti bangunan-bangunan umum yang berdiri disekitarnya. Bangunan Dalam Loka berukuran luas 696,98 m2 ditopang oleh tiang sebanyak 99 buah, namun sekarang berjumlah 96 buah.Bilangan 99 seperti jumlah tiang utuk mengingatkan agar Raja dalam menjalankan pemerintahan hendaknya mengadaptasi sifat Tuhan sebanyak 99 jumlahnya. Yaitu, rahman/pengasih, rahim/penyayang dan seterusnya.Sedangkan tangga yang menjadi pintu masuk ke istana, mengambil bentuk sebuah pendakian yang mengadung konsepsi nilai bahwa siapaun seyogyanya menaruh hormat kepada Raja.

Hal ini dinyatan, melalui sikap tubuh yang membungkuk manakala memanjat tangga istana.Susunan ruangan dalam istana yang asli terdiri dari beberapa bagian antara lain: Lunyuk Agung yakni ruangan depan atau balairung, tempat untuk musyawarah, penerima tamu-tamu agung, resepsi kerajaan, upacara-upacara adat dan sebagainya. Bagian barat terdapat beberapa kamar yaitu kamar sholat atau sembahyang, kamar peraduan Sri Sultan serta kamar untuk tuan putri beserta dayang-dayangnya. Bagian timur terdapat empat buah kamar dipergunakan bagi putra dan putri Sultan yang sudah berumah tangga serta pejabat istana yang berstatus kepala rumah tangga kerajaan.

Bagian tengah antara kamar-kamar sebelah timur dan barat merupakan ruangan besar memanjang, berfungsi sebagai tempat untuk mengatur hidangan untuk segala macam upacara adat dan selamatan, sedangkan pada hari-hari biasa merupakan ruangan untuk berkumpul, bercanda para keluarga istana. Selain itu pada malam hari ruangan itu dimanfaatkan untuk ruang tidur. Aslinya, di luar bangunan induk bagian sebelah barat memanjang terdapat jamban Sri Sultan dan permaisuri serta para tuan putri.

Di samping itu juga terdapat sebuah Bala Bulo atau anjung-anjung berbentuk rumah susun berlantai tiga. Bagian bawah untuk tempat tidur para putri yang belum berumah tangga, dan bagian atasnya khusus untuk para putri raja berikut keluarga istana yang wanita dan para dayang-dayangnya. Dikala ada keramaian pada upacara-upacara adat, maka bagian atas ini berfungsi pula sebagai tribune untuk menonton.BEKAS istana Sultan Sumbawa yang lebih dikenal dengan Dalam Loka, kini tidak lagi berdiri kokoh seperti sebelumnnya. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Istana Tua yang menjadi icon sejarah ini kini sedang mengalami renovasi total.Sejak 1994 bangunan ini berubah fungsi menjadi museum daerah. Hal ini dimaksudkan selain untuk melestarikan bangunan Dalam Loka, juga dihajatkan sebagai tempat menyimpan benda purbakala yang ada di daerah ini. Tanggal 1 Maret 1994 Dalam Loka resmi menjadi Museum sesuai Keputusan Bupati Sumbawa bernomor 118/1994.Sejak saat itulah semua benda purbakala yang masi bisa diselamatkan disimpan di Dalam Loka, seperti giologika, etnografika, arkeologika, historika dan yang sejenisnya.

Sumber : Putra Anosiop
Foto: Fahry Samalewa

Selasa, 08 November 2016

 

Indonesia memang memiliki budaya yang sangat banyak dan beragam. Dengan ratusan suku bangsa yang ada, keragaman budaya menjadi salah satu kekayaan intelektual bangsa yang patut disyukuri, dibanggakan, dan dilestarikan. Budaya inilah salah satu wujud dari karya-karya kreatif bangsa. khususnya di Kabupaten Sumbawa Barat, terdapat budaya balapan hewan yaitu Barapan Kebo, yang artinya adalah Balapan Kerbau.

Memasuki Arena Pertandingan
Barapan Kebo dilombakan di dalam sawah yang berair.Tentu saja, sesuai dengan habitat kerbau yang memang suka dengan kubangan air.
Menurut Bupati Sumbawa Barat, DR. KH. Dzulkifli Muhadli, MM., Barapan Kebo merupakan tradisi masyarakat Sumbawa sebelum masa tanam, sesudah masa panen. Barapan Kebo dilakukan selain sebagai rasa syukur atas hasil panen, juga untuk menggemburkan tanah yang akan ditanam. Di samping, itu Barapan Kebo adalah sebuah kegembiraan dan kebersamaan.

Kibaran Start Menandakan Dimulai Lomba
Menariknya, sebagai usaha yang sangat serius untuk mempromosikan budaya Barapan Kebo, Bupati Sumbawa Barat membawa Barapan Kebo ini bukan di Sumbawa, tetapi diseberangkan ke Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, jantungnya pariwisata Lombok. Event yang dinamakan “Barapan Kebo Eksibisi” ini dilangsungkan Minggu, 3 Juni 2012 mulai pukul 08.00 hingga siang hari

Sekitar 124 pasang kerbau diseberangkan menggunakan truk-truk yang disewa khusus untuk mengangkut kerbau ini. Jika dalam satu truk hanya bisa memuat 3 pasang kerbau, maka sedikitnya 41 truk dibutuhkan untuk menyeberang dari Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menuju pantai Senggigi. Perjalanan dari Kabupaten Sumbawa Barat menuju Senggigi sendiri bukan sebentar, dibutuhkan sekitar 5-6 jam perjalanan darat, termasuk menyeberang Selat Lombok menggunakan kapal fery penyeberangan yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Panggung besar sudah disiapkan di pinggir lapangan. Sementara di depan panggung, arena balap berupa sawah satu petak memanjang sekitar 75m sudah diberi air. Di kiri kanan arena, terdapat jalan yang diperuntukkan bagi para penonton melihat balapan. Sementara bagi para wartawan, disediakan tempat pas di depan garis finish untuk melihat dan memfoto secara lebih dekat.
Acara dimulai dengan pemukulan lumbung padi secara bersama-sama oleh Pak Bupati.Pemukulan lumbung padi ini juga budaya daerah sebagai lambang kegembiraan, dan biasanya memang diadakan sebagai tanda pembukaan suatu acara ataupun pesta.

Pemukulan Lumbung Padi oleh Bupati dan Staf
Sesuai pembukaan, mulailah para joki dan kerbau ini memasuki arena balapan. Para kerbau ini, terutama yang langganan juara dan kerbau unggulan, dikenalkan satu persatu saat memasuki arena. Saat sebuah nama kerbau disebut, diiringi dengan deretan prestasi yang telah diraih, disambut dengan tepuk tangan meriah dari para penonton.
Nama-nama kerbaupun dibuat sangat unik, dan lucu-lucu. Ada nama Hercules, Chris John, Jet Tempur, Harapan Bangsa, dan berbagai nama lain yang disematkan oleh pemiliknya. Tubuh kerbau ini gempal dan berisi, sangat terlihat bahwa kerbau-kerbau ini dirawat dengan baik dengan gizi yang penuh.

Berjuang Mengendalikan Kerbau
Pamer Barapan Kebo ini semakin lama semakin moncer. Karenanya, pemiliki kerbau juara juga menjadi prestise tersendiri.Akibatnya bisa ditebak, harga kerbau juara biasanya langsung melambung tinggi, beberapa kali lipat dari harga kerbau biasa. Kerbau juara, bisa dihargai Rp 70 juta sepasang. Karena memang, balapan ini dilakukan oleh dua ekor kerbau, yang dipasangkan dengan menggunakan kayu berbentuk segitiga, yang juga digunakan oleh joki sebagai tempat berpijak.

Pertandingan ini sebenarnya bukan balapan yang mempertandingkan beberapa pasang kerbau secara langsung.Balapan ini adalah balapan kecepatan (sprint). Setiap pasang kerbau akan memasuki arena pertandingan dan dihitung berapa waktu yang ditempuh mulai garis start hingga finish. Garis start dimulai pada garis awal yang ditentukan, sementara finishnya adalah sebuah patok kayu sepanjang sekitar satu meter yang diletakkan di tengah-tengah arena balapan. Sang Joki harus mengarahkan pasangan kerbau ini berlari dengan cepat dan saat akhirnya adalah mengenai patok kayu tersebut.Jika tidak mengenai patok kayu tersebut, maka dinyatakan gagal atau didiskualifikasi.

Mengarahkan Menuju Patok Kayu Tanda Finish
Balapan kerbau sendiri dibagi menjadi beberapa kelas; mulai umur 2 hingga 5 tahun. Masing-masing kelas sudah ditandai sesuai dengan umur dan berat badannya.Yang menarik, tentu saja kerbau kelas A, yang berbadan kekar dan besar. Kecepatan kerbau-kerbau ini memang di atas kelas yang lebih kecil. Disini Mereka masih menggunakan stop watch digital, yang dihubungkan dengan petugas pencatat waktu di panggung.

Sumber: detydadarasamawa
Foto: indonesiakaya

Sabtu, 05 November 2016

 

Main Jaran adalah salah satu seni budaya samawa di Pulau Sumbawa. Budaya Main Jaran adalah salah satu dari sekian banyaknya Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sumbawa, Main jaran yang artinya karapan kuda atau balapan menggunakan hewan kuda yang ditunggangi oleh satu orang disebut joki.

Main Jaran ini paling banyak  diadakan  pada bulan Agustus setiap tahunnya karena pada bulan ini bangsa Indonesia termasuk suku samawa pulau sumbawa sebagai bagian wilayah Republik Indonesia merayakan Proklamasi kemerdekaannya.  Nah untuk memeriahkan hari kemerdekaan banyak lomba atau festival adat atau budaya digelar termasuk seni budaya Main Jaran ini.  Banyak wisatawan mancanegara yang datang untuk menyaksikan pertunjukan Main Jaran ini.

Main Jaran ini dilakukan bagi laki-laki untuk menguji kecepatan kuda yang melambangkan kehebatan si pemilik kuda. Uniknya pacuan kuda ini, kuda ditunggangi seorang joki yang munggangi kuda adalah anak kecil yang menurut kalangan orang luar tidak mungkin seusia itu menjadi tontonan yang menakjupkan. Olahraga tradisional yang melibatkan para joki cilik berusia 10 - 13 tahun itu merupakan salah satu tradisi yang masih bertahan di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tidak heran jika orang sumbawa dari kecil didik dengan keberanian dan hanya takut kepada Allah sang pencipta oleh orang tuanya.

Main Jaran masuk dalam agenda Festival Moyo yang dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun.Hal ini membuat wisatawan lokal maupun manca negara ikut serta dalam menyemarakkan Festival Moyo ini.Saya pernah bertanya kepada salah satu wisatawan asal Perancis, dalam bahasa inggris,”kenapa anda mengunjungi Sumbawa?”,dia menjawab “karena saya ingin menyaksikan Festival Moyo khususnya main jaran”.Ini sesuatu yang membanggakan karena Sumbawa mulai dilirik dunia sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik.Dengan adanya kedatangan wisatawan asing ini dapat menghasilkan devisa daerah.

Jadi main jaran ini adalah budaya yang masih tetap dilestarikan sebab melalui main jaran juga dijadikan ajang silaturrahmi, persahabatan dan sportifitas. Jadi setelah perlombaan tidak ada dendam sama sekali antar para petarung. Jadi betul-betul sportifitas sangat dijunjung tinggi dan memang itulah philosofi budaya main jaran.

Sumber: lovesumbawa
Gambar diambil dari: republika

Rabu, 02 November 2016


Seni tak pernah lepas dari budaya di Indonesia. Berbagai daerah di nusantara memiliki ragam budaya yang unik. Mulai dari kerajinan tangan, tari, hingga bela diri. Salah satunya adalah karaci yang dimiliki masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Seni pertarungan ini melibatkan dua orang lelaki yang saling pukul untuk menentukan siapa yang pantas menjadi juara di daerahnya.

Bermula dari alun-alun istana, karaci merupakan hiburan bagi para raja di Sumbawa. Keahlian saling pukul dan menahan pukulan lawan menjadi tontonan yang sangat menghibur. Inilah awal mula karaci tersebar di masyarakat Sumbawa – hingga akhirnya menjadi tradisi yang merakyat.

Permainan karaci biasa dilakukan oleh dua orang dewasa Suku Samawa, suku asli Sumbawa. Para petarung menggunakan tongkat yang disebut sesambu dan empar (perisai yang terbuat dari kulit kambing atau kerbau). Dengan gerak tari (ngumang), petarung memulai karaci sambil berbalas pantun. Pantun yang disebut lawas juga dimaksudkan untuk mencari lawan untuk bertarung. Setelah menemukan lawan, para petarung akan saling pukul untuk menentukan pemenang.

Karaci dipimpin oleh seorang wasit pemisah. Dengan menggunakan tongkat berukuran 3-4 meter, wasit harus berlaku adil dan mampu mencegah pertarungan tidak menjurus ke arah yang berbahaya. Permainan ini juga memiliki sandro (dukun) yang bertugas mengobati luka yang diderita oleh petarung karaci.

Seni permainan yang sudah berlangsung ratusan tahun ini memiliki sifat keberanian, kejantanan, dan kekebalan. Ini bertujuan agar kamu lelaki Suku Samawa berani mempertahankan bumi Sumbawa dari orang yang ingin menghancurkannya.

Sumber: indonesiakaya